Jumat, 07 Maret 2008

Ketika Teori Kesejahteraan itu Pupus....




Pakcik Jamal (60) dengan tertatih mengambil air dari sebuah sumur tua berjarak sekitar setengah kilometer dari gubuknya. Foto ini diambil oleh sahabat saya Nurul Iman (Inyonk) sewaktu kami mendatangi Kampung Masiran, akhir Februari lalu. Juga ada foto Pakcik Kube dan istrinya di gubuk mereka, serta keseharian mereka yang bekerja sebagai pembuat sapu lidi. Satu buah sapu lidi hanya dihargai Rp 1.400. Padahal dalam satu hari, mereka hanya bisa membuat dua sapu lidi...

1 komentar:

DOKTOR WHY mengatakan...

selamat pagi kawan...

pagi hari yang menyengat,
embun pagi diterpa cahaya,
siapa bilang menjadi sejahtera itu hebat,
bila tak paham makna hidup bersahaja..

bunga kelapa namanya manggar,
dimakan tupai tinggal tangkainya,
masih papa sikapnya tegar,
sudah kaya tetap tak berpunya..

rumput hijau makanan ternak,
kacang hijau dimasak bubur,
tak sejahtera sampai beranak-pinak,
sakit sekali langsung dikubur..


bicara kesejahteraan sambil bertekak,
si sejahtera lawan si tak sejahtera,
sudah lupa anak beranak,
jangan lupa semua bersaudara..

ayo balas pantunnya...


salam,