Minggu, 30 Agustus 2009

Luqmaan, Raina, dan Ramadhan

SENJA di penghujung Agustus itu ditandai oleh rintik hujan. Aku duduk membelakangi jendela, dan mulai menulis. Jauh dariku, Luqmaan dan Raina tengah bergulingan, bermain, tertawa, juga berteriak.

1 Juni 2009 lalu, Raina hadir di dunia kami, dunia aku, dan Dee. Ia lahir di ruangan yang sama ketika Luqmaan lahir, 4 September 2007 lalu. Dan kemudian, perawat pun membawa ia dan Dee ke ruangan yang sama, seperti saat kehadiran Luqmaan yang pertama dulu.

Aku begitu senang dengan kehadiran Raina, juga Dee aku pikir demikian. Namun dibanding kami berdua, sebenarnya yang paling senang adalah Luqmaan. Aku tidak tahu apa yang berkelebat di dalam benaknya sewaktu melihat gadis kecil mungil itu keluar dari rahim ibunya. Yang aku tahu, dulu sewaktu Raina masih di dalam kandungan Dee, Luqmaan sering mencium dan membelai perut Dee. Jadi aku berpikir, Luqmaan menyayangi adiknya ini.

Tapi ternyata setiap anak punya cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya. Aku kadang tertawa kalau ingat kejadian sejak hampir tiga bulan lalu itu. Ada waktu ketika Luqmaan menindih Raina dengan bantal, juga ada kejadian ketika Luqmaan menjewer telinga Raina, juga tak kalah konyol adalah ketika Luqmaan memanjat baby box tempat tidur Raina dan mulai menganggu gadis kecil itu. Aku tidak melihat kejadian itu, tapi Dee melihatnya.

Pernah sekali waktu, Luqmaan kembali memanjat baby box Raina, namun akibat terlalu tinggi kakinya memanjat, ia jadi takut untuk turun ke lantai. Dee melihat saja sambil tersenyum; sementara masih tetap berpegangan pada kayu yang menjadi dinding baby box itu, Luqmaan terus menerus berteriak, meminta tolong ada seseorang berbaik hati menurunkannya. Raina diam saja melihat semua itu, melihat kekonyolan Luqmaan.

Sore ini, kala rintik hujan turun, aku teringat pada mereka....

DI bulan puasa ini, Luqmaan tidak berpuasa, juga Raina. Luqmaan baru berusia dua tahun kurang lima hari, sementara Raina tiga bulan kurang satu hari. Bagi Raina, ini adalah bulan puasa pertama yang ia alami sejak terlahir dalam dunia yang tidak menentu ini.

Puasa kali ini ada banyak cerita yang berlangsung di rumah kecil yang kami tumpangi. Cerita-cerita itu adalah kisah tentang Luqmaan dan Raina. Mungkin bulan puasa sekarang, pelakon utama kisah itu adalah Luqmaan, sementara Raina adalah penonton setia. Raina belum bisa ikut berlakon, sebab ia berguling pun belum bisa. Ia hanya mengapresiasi lakon Luqmaan dengan dua nada saja, tersenyum atau berteriak nangis. Tapi Luqmaan, aku pikir sudah cukup dengan dua ekpresi Raina itu.


Aku masih membelakangi jendela di kantor ini...dan hujan rintik masih turun...

Ini adalah Ramadhan pertama yang kami lalui berempat. Kurasa, setelah ini berlalu, aku pasti akan merindukannya. Dan kemustahilan terbesar dalam hidup adalah: aku tidak akan pernah bisa kembali lagi pada saat yang sama untuk kedua kalinya. Karena itu, Ramadhan kali ini, yang kami lalui berempat, adalah berkah terindah bagi kami...


--- Untuk... Luqmaan Ahmad Aqsha, Raihaanah Fathimah Khairunnisa, juga Dee.