Selasa, 01 Juni 2010

Kanisa, Setahun yang Lalu

30 MENIT LALU, SETAHUN YANG LALU. Aku masih ingat benar saat itu, ketika pergantian hari baru terlewati. Dee terbaring di Klinik Pamedan, menunggu detik-detik itu. Aku pamit sebentar, dan pergi ke masjid 200 meter dari klinik. Saat aku kembali ke klinik, gadis kecil itu sudah lahir.

Kami memanggilnya Kanisa. Ia lahir pada 1 Juni 2009, saat adzan maghrib mengumandang. Abangnya, Luqmaan, dulu lahir pagi hari, sekitar pukul 08.10 WIB.

Siang sebelum kehadirannya, aku membawa Dee ke klinik. Proses kelahirannya lebih mudah dan cepat dari Luqmaan. Orang-orang tua selalu mengatakan begitu, proses kelahiran anak pertama selalu lebih sulit. Dan untuk yang satu ini, aku percaya penuh.

Kini, di satu tahun usianya, dihabiskan Kanisa dengan belajar berjalan. Ia sudah mampu berdiri, dan melangkah tidak lebih dari lima, sebelum jatuh kembali. Dan Luqmaan sekarang punya kesibukan baru: menganggu adiknya.

Dalam banyak hal, selalu Kanisa menangis ketika Luqmaan menganggunya. Namun dalam satu hal, mereka berdua kompak. Saat bangun tidur, entah siapa dulu yang bangun, maka dia akan langsung mengambil inisiatif untuk menganggu yang lain, agar bangun juga.

Rumah kecil yang kami tempati kini penuh warna, warna teriakan, tangisan, rengekan, dan kesibukan bermain mereka. Luqmaan saat ini terus sibuk membeli mum-mum, sementara Kanisa, selalu sibuk membongkar kotak mainan sang abang.

Namun meski lebih sering Luqmaan yang membuat Kanisa menangis, dalam satu hal, justru Luqmaan yang KO dibuatnya. Kalau Luqmaan sedang nonton Upin dan Ipin, kadang Kanisa iseng, berdiri di depan TV dan mulai mengganti siaran televisi. Saat itulah Luqmaan akan berteriak meminta bantuan Dee. Terus kalau Luqmaan sedang minum Milo kesukaannya, plus roti yang dicelupkan, kadang Kanisa yang datang dan berusaha merebut roti itu. Pada titik itulah, Luqmaan kembali akan berteriak.

Kadang, aku berpikir dan bilang pada Dee. Kanisa itu seperti kotak mainan yang ada di depan swalayan, begitu dimasukkan koin, maka ia akan bernyani dan membuat orang yang melihatnya jadi senang. Dee protes. Aku menjelaskan, bahwa itu adalah bahasa yang kugunakan untuk menggambarkan bagaimana mudahnya membuat Kanisa tersenyum dan tertawa.

Anyway, banyak kisah yang kami lalui kini. Semoga, kisah-kisah bahagia ini akan terus berlanjut, dan tanpa akhir....


Selamat ulang tahun, Kanisa....(Aku dan Dee bersepakat bahwa kami menolak untuk merayakan ulang tahun. Namun sebuah ucapan, aku rasa, itu tidak berlebihan).