Senin, 21 Juli 2008

Siang, Lembah, Bukit dan Pepohonan

SETIAP melihat deretan perbukitan itu, aku selalu teringat pada lembah di kakinya. Tak ada kumpulan pohon yang tumbuh, kecuali semak belukar saja. Ada satu dua rumah, tapi tak ada petani.

Dulu, hijaunya pepohonan adalah kesejukan ketika memandang di sepanjang siang yang terik. Tapi kini, satu persatu pohon hilang. Orang-orang menyebut lembah itu sebagai tempat tak bernama. Dan jalan kecil yang menghubungkan ke lembah itu, disebut Jalan tak Berujung.

Aku lewat situ siang tadi. Membawa Luqmaan kecil dan ibunya. Aku melihat kehidupan terus berlangsung. The Show Must Go On. Whatever would be happen, the live never turning back.

Dari kaca spion, aku melihat kedua bola mata Luqmaan. ada telaga teduh yang ia simpan. Telaga, yang kepada siapa melihatnya, akan mendapatkan kekuatan keteduhan. Sepuluh bulan usianya kini, ia sudah mulai mencoba untuk berdiri. Kakinya masih rapuh. Tapi semangatnya terus tumbuh. Aku melihat di telaga kecil di bola matanya, bahwa ia masih terus berjuang untuk melangkah, dengan kaki rapuhnya. Ia menyimpan telaga itu. Dan aku selalu datang kembali untuk melihat telaga itu, menyelaminya, dan mengambil titik titik keteduhan dari dalamnya....